Senin, Desember 31, 2012

Puna Wulung Segera Dioperasikan 2013

Puna Wulung buatan BPPT
Puna Wulung, pesawat tanpa awak karya BPPT. Foto: BPPT
Mengingat Indonesia sudah sejak lama menguasai teknologi kedirgantaraan, memang sudah sewajarnya negara ini mampu membuat pesawat tanpa awak (drone) sendiri. Sebuah kabar baik kita terima pada Oktober lalu ketika Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung buatan BPPT berhasil diuji coba di Lanud Halim Perdanakusuma. Kini pesawat tanpa awak itu -kita sebut saja Wulung- segera akan dioperasikan pada 2013 mendatang.

Pesawat ini dianggap sangat penting dimiliki Indonesia karena banyaknya wilayah di tanah air yang tidak bisa dijangkau oleh manusia. Daerah-daerah yang sulit dijangkau itu antara lain terletak di gunung berapi. Padahal, daerah-daerah tersebut kerap perlu didatangi untuk kepentingan penelitian. Ini hanya langkah awal, "Wulung-wulung" berikutnya akan mengisi daftar alutsista yang dimiliki TNI.

Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Menristek Gusti Muhammad Hatta mengatakan kemampuan drone (Wulung) buatan BPPT tidak diragukan. Pasalnya, drone tersebut sudah diuji coba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 11 Oktober 2012 lalu.


"Pesawat tanpa awak yang diberi nama Wulung tersebut dirancang khusus dan sangat canggih sehingga memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan pesawat-pesawat yang ada," ujar Menristek.

Wulung, yang dioperasikan dengan remote kontrol ini selain bisa menjadi pesawat mata-mata, pesawat tersebut nantinya juga dapat dipergunakan untuk pemotretan wilayah dari udara dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Pesawat ini memiliki kemampuan terbang selama 4 jam tanpa henti dan bisa digunakan untuk membuat hujan buatan.

"Dengan adanya pesawat tersebut nantinya pemadaman kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan tidak perlu lagi menaburkan garam pada awan dan kami telah menemukan bahan penggantinya, yang bernama pleer," katanya. Setiap satu kilogram pleer sama dengan satu ton kilogram garam dan pesawat Wulung mampu membawa delapan kilogram pleer.

Puna Wulung
Puna Wulung. Foto : VIVAnews/Muhamad Solihin
Jarak tempuh maksimal Wulung adalah 70 kilometer, dengan kecepatan jelajah 52-69 knot. Puna Wulung bisa dikendalikan dengan jarak 73 kilometer dari remote kontrol. Wulung mampu terbang hingga ketinggian 12 ribu kaki, dan yang sudah diujikan setinggi 8.000 kaki.

BPPT telah membuat lima pesawat serupa, dan biaya yang dikeluarkan untuk lima pesawat serupa berkisar antara Rp.6 miliar-Rp.8 miliar. Wulung memakai mesin 2 tak dan untuk mendapatkan tenaga yang optimal, bahan bakar yang dipergunakan adalah pertamax. Namun, saat uji coba di Halim, tingkat kebisingan Puna belum cukup syarat untuk digunakan militer, entah saat ini.

Bahan material Wulung menggunakan bahan komposit (komposisi serat kaca, fiber, karbon) sehingga mendapatkan struktur pesawat yang ringan.

Sebelumnya, menurut Menhan Purnomo Yusgiantoro, PUNA autopilot ini bisa dipergunakan untuk kepentingan militer, khususnya pengamatan wilayah (Surveilance) dari udara karena telah dilengkapi dengan kamera canggih untuk memproyeksikan medan. Bahkan  fungsinya dapat menggantikan pesawat tempur yaitu menjadi Unmaned Combat Aerial Vehicle (UAV).

Keberhasilan pengembangan pesawat PUNA juga memiliki banyak keuntungan. Di antaranya memiliki nilai ekonomis tinggi, mengurangi ketergantungan pada negara-negara produsen yang selama ini menjadi pemasok alutsista TNI. Sifatnya juga fleksibel dalam pengembangan, meningkatkan peran industri dalam negeri serta dalam keadaan darurat dapat dioperasionalkan secara mandiri.

Sumber: Antara