Minggu, Juni 24, 2012

Logam Radioaktif Di Tas Mahasiswa Iran

Seperti menjadi "tusukan" di telinga dunia bila ada berita yang menyangkut program radioaktif di Iran. Kisah terbaru pecah hari Jumat, ketika pengamanan sipil bandara Rusia mengumumkan bahwa mereka telah menahan seorang pria Iran, yang juga merupakan seorang mahasiswa kedokteran gigi, akan menuju ibukota Iran, Teheran. Pria tersebut membawa 18 potongan logam radioaktif yang dikemas dalam kotak pensil baja di tasnya. Materi tersebut telah memicu detektor radiasi di bandara Sheremetyevo Rusia.

Bahan radioaktif


Apa bahan radioaktif di tas pria itu dan sering digunakan untuk apa?

Itu adalah natrium-22, sebuah isotop yang digunakan agar organ internal dan tumor muncul dalam scanner PES medis, dan juga untuk menentukan ketebalan logam dan pengukuran kalibrasi radiasi.

Apakah bisa di plot untuk membuat bom?

Tidak mungkin. Mark Hibbs, seorang ahli non-proliferasi di California, mengatakan ia membahas insiden di Rusia tersebut pada hari Sabtu dengan staf senior di Gedung Putih. "Hasil pembicaraan meyakinkan saya bahwa natrium tidak dapat digunakan untuk membuat senjata apapun," katanya. "Jika memang itu bisa dibuat untuk senjata, artinya kamilah yang bodoh selama ini."

Apakah Iran akan mencoba membuat bom nuklir?

Dalam laporan bulan lalu dan dalam penilaian yang tidak dipublikasikan, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan Iran memiliki pengetahuan dan bahan uranium yang cukup untuk membuat empat bom nuklir, jika Iran memperkaya lebih lanjut uraniumnya. Iran telah memperkaya 80 kg uranium, dan ini sudah merupakan langkah yang baik untuk membuat bom nuklir.

Mengapa Iran membutuhkan natrium-22?

Mungkin untuk penggunaan medis. Reaktor Penelitian Iran, di mana Iran membuat sendiri bahan isotop untuk medis (selain bahan), "jalur produksinya sudah tidak bekerja lagi," kata David Albright dari Institut Sains dan Keamanan Internasional, sebuah wadah pemikir di Washington DC yang mengawasi aktivitas Iran.

Mengapa pria itu membawa natrium-22 di tasnya?

"Iran adalah magnet bagi dealer isotop, dan Rusia merupakan pemasok utama," kata Hibbs.

Natrium-22 dapat diimpor ke Iran secara resmi karena keperluan medis, katanya. Pria itu mungkin hanya ingin menghindari izin ekspor yang mahal. Insiden ini telah terjadi sebulan lalu, dan Iran menyebut ini hanya kesalahpahaman.

Sudah berapa banyak insiden seperti ini?

Pertanyaan penting yang diakibatkan oleh insiden tersebut adalah berapa banyak bahan radioaktif seperti ini bisa keluar dengan bebas dari bandara yang tingkat keamanannya kurang di Rusia. Ada cukup banyak, pada bulan September IAEA melaporkan 172 insiden terjadi dalam 1 tahun terakhir (2011-2010).

Bagaimana bisa terdeteksi?

Pihak kemananan  akan melihat natrium-22, yang memancarkan sinar gamma, dengan detektor yang mirip dengan counter Geiger, kata Hibbs. Beberapa detektor ini dipasang di bandara Rusia terkait program AS-Rusia pada tahun 1990-an untuk "mengunci" peredaran bahan nuklir setelah jatuhnya Uni Soviet. Tapi tidak setiap barang akan dideteksi dengan detektor tersebut, karena bila setiap barang harus diperiksa dengan detektor tersebut, maka akan banyak menghabiskan waktu dan menghambat jadwal keberangkatan/pengiriman .

Misalnya, bandara AS memindai penerbangan dari Jepang setelah kecelakaan nuklir di Fukushima dan menemukan sinar gamma terpancar dari kargo, tapi ternyata itu cuma peralatan medis biasa.

Apa yang sedang dilakukan untuk menghentikan bentuk penyelundupan bahan radioaktif semacam ini?

Saat ini IAEA sedang mengembangkan detektor genggam yang lebih baik untuk menemukan berbagai jenis radiasi. Sementara itu, detektor neutron, bisa melihat plutonum tanpa terganggu oleh emitter gamma yang sah (medis misalnya). AS ingin menempatkan perangkat-perangkat detektor tersebut di transportasi darat, pelabuhan laut dan bandara di seluruh dunia.

Masalahnya, kata Woods, bahwa detektor saat ini menggunakan helium-3. Namun produksi helium-3 AS cuma 8.000 liter per tahun, dan untuk program detektor membutuhkan 60.000 liter helium-3 per tahun, dan tahun lalu Rusia telah menghentikan ekspor bahan ini.

Selain itu, kata Woods, helium-3 tak tergantikan untuk digunakan dalam suhu fisika yang rendah dan medis menggunakan ini untuk pencitraan paru-paru.

newscientist