Minggu, November 18, 2012

Percepat Modernisasi Alutsista dengan HLC

Multiple Launch Rockets System (MLRS) Astros II
Multiple Launch Rockets System (MLRS) Astros II
Kondisi Alutsista yang dimiliki TNI banyak yang sudah tidak layak lagi, kebanyakan adalah karena faktor usia. Jika dibandingkan dengan alutsista yang dimiliki negara-negara tetangga, kemampuan dan kelengkapan alutsista TNI masih di bawah mereka. Untuk menghadapi kondisi tersebut, dibentuklah High Level Committee (HLC) sebagai pendorong pengadaan alutsista TNI.

HLC terbentuk sesuai petunjuk presiden RI setelah serangkaian rapat kabinet bidang politik, hukum, dan keamanan sepanjang tahun 2011 yang membahas pengadaan alutsista. HLC diketuai oleh Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan TKP3B yang dipimpin Irjen Kemhan dimana didalamnya ada Tim BPKP dan LKPP serta Tim Itjen Angkatan dan Mabes TNI.

Proses pengadaan berasal dari bawah yakni masing-masing matra angkatan (pengguna/user) dalam spesifikasi teknis, yang kemudian masuk dalam kebutuhan operasi dari Mabes TNI, lalu masuk ke Kementerian Pertahanan. Kemudian Kemhan memprosesnya melalui Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) dibawah Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herriyanto, dengan membuatkan kontrak dan perjanjian pinjaman (Loan Agreement ) dari Kementerian Keuangan, untuk kemudian pencabutan tanda bintang di DPR.

Dalam upaya memodernisasi alutsista TNI, pekan ini Sjafrie bersama rombongan berkunjung ke Brasil, yakni ke Avibras (produsen roket) dan Embraer (produsen pesawat Super Tucano). Sjafrie bersama rombongan melihat dan berdiskusi langsung dengan para produsen alutsista itu tanpa perantara.

Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, pembelian roket tersebut diharapkan terwujud pada 2013. Adapun pesawat Super Tucano 2013. Adapun masih ada delapan unit lagi yang ditunggu dari 16 unit yang dibeli.

Menurut ketua HLC Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Wamenhan kepada wartawan KOMPAS M Subhan SD di Sao Paulo, Brasil, Rabu, 14 November 2012, malam waktu setempat : “HLC itu untuk mempercepat proses modernisasi persenjataan TNI.”

Untuk cara kerjanya, HLC berupaya mempercepat pengadaan alutsista prioritas, yaitu akselerasi, paralelisasi (pengadaan dan pembiayaan), integrasi (Kementerian Pertahanan dan TNI), koordinasi, dan inspeksi (kunjungan ke produsen).

Percepatan MEF

Berbicara mengenai pembelian roket itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, mengatakan kekuatan TNI bisa menyamai kekuatan pertahanan negara-negara lain.

“Indonesia sudah lama tidak punya satuan roket seperti digunakan Brasil. Pembelian (roket) dari Avibras ini untuk melengkapi alutsista kita,” kata Edhie. Apalagi, tambah Edhie, kemampuan roket tersebut bisa dikembangkan daya tembaknya dari 95 kilometer menjadi 300 km.

MLRS Astros II TNI
MLRS Astros II TNI buatan Avibras Brasil
Dalam rapat-rapat Kabinet bidang politik, hokum, dan keamanan tahun 2011 yang membahas alutsista, pemerintah memutuskan bahwa pemenuhan kebutuhan alutsista TNI diarahkan untuk mencapai kekuatan dasar minimum atau minimum essential force (MEF).

Untuk mendukung percepatan MEF, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 50 triliun untuk periode 2010-2014. Namun, hingga 2012, anggaran yang direalisasi masih sedikit, yaitu sekitar Rp 17 triliun.

Memang sampai saat ini hampir semua alutsista TNI merupakan pembelian masa lalu sehingga usianya sudah sangat tua sebagai ukuran peralatan perang. Pada masa lalu, kekuatan perang Indonesia sangat dominan dan ditakuti terutama di kawasan Asia Tenggara.

Namun, saat ini kondisi justru tertinggal dari negara-negara tetangga di kawasan tersebut. Misalnya saja tahun ini pesawat TNI AU beberapa kali jatuh pada saat latihan seperti di Halim, Jakarta, dan Pekanbaru, Riau.

Sekilas Kemampuan MLRS Astros II

Berbicara soal kemampuan MLRS Astros II, sistem peluncur roket berlaras banyak (MLRS) ini sudah dibuktikan saat Perang Teluk I tahun 1991 di mana AD Arab Saudi (konsumen ekspor pertama Astros II Brasil) menggunakannya untuk menghadapi pasukan Irak.

Sistem peluncuran Astros II ini dibopong oleh truk segala medan AV-VBA berpenggerak 6×6, yang dibuat Tectran Engenharia, salah satu anak perusahaan Avibras di Sao Jose dos Campos, Brasil. Truk ini bisa dipacu hingga kecepatan 90km/jam dan ditenagai mesin disel Mercedes-Benz 280hp (tenaga kuda).

Setiap satuan peluncur terdiri atas unit peluncur roket AV-LMU yang mampu meembakkan lima jenis roket dengan kaliber berbeda, unit pembawa roket AV-RMD untuk pemasokan ulang yang bisa membawa dua set modul roket siap tembak serta unit komando peluncuran AV-VCC yang mengoordinasikan operasi penembakan. Satuan ini juga dilengkapi unit perawatan serta unit kendali tambahan AV-UCF untuk koordinasi operasi dengan radar dan komputer.

Astros II juga bisa dioperasikan sebagai sistem pertahanan pantai dengan menambahkan unit kendali AV-CBO yang khusus untuk kebutuhan itu. Satu satuan atau baterai peluncuran biasanya terdiri atas enam unit peluncur AV-LMU, enam unit pemasok amunisi AV-RMD dan satu unit komando AV-UCF. Kendaraan komando dan kendali serta dua kendaraan perawatan atau bengkel lapangan biasanya akan ditempatkan di markas satuan.

Roket-roket yang ditembakkan dari Astros II :
–  Roket SS-30, kaliber 127mm, 32 rounds per peluncur, jangkauan 9-30km.
–  Roket SS-40, kaliber 180mm, 16 rounds per peluncur, jangkauan 15-35km
–  Roket SS-60/SS-80, kaliber 300mm, 4 rounds per peluncur, jangkauan 20-80km

Avibras juga tengah mengembangkan rudal taktis yang bisa diluncurkan dari Astros II ini yaitu rudal Astros TM yang bisa menjangkau hingga 300km dan bisa dipasangi segala jenis hulu ledak.

Kompas / Solopos