Kamis, Mei 10, 2012

Rusia Tidak Akan Menangguhkan Program Sukhoi Superjet-100

Kecelakaan pesawat Rusia Sukhoi Superjet-100 (SSJ 100) menimbulkan keraguan pada rencana ambisius Rusia untuk memasuki pasar penerbangan internasional. Padahal menurut para ahli, Rusia menggantungkan harapan yang besar pada proyek sukhoi Superjet-100 ini.

Kita tahu, pesawat tersebut putus kontak ketika demo penerbangan. Pecahan-pecahan pesawat jet tersebut ditemukan di puncak 5.200 meter di atas Gunung Salak. Anda sudah menyaksikannya di televisi.

Penerbangan di Indonesia tersebut merupakan road show pertama untuk pesawat jet penumpang dalam sejarah penerbangan Rusia. Pesawat Sukhoi Superjet-100 itu seharusnya mengunjungi enam negara. Pada tanggal 3 Mei lalu, jet tersebut turut ambil bagian dalam KADEX-2012 AIR SHOW di Kazakhstan. Pada tanggal 5 mei, pesawat tersebut mengunjungi Pakistan sebelum terbang ke Myanmar pada 7 Mei. Setelah itu seharusnya pesawat itu terbang ke Laos dan kemudian ke Vietnam.

Kecelakaan Di Indonesia
Sukhoi Superjet-100
Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, biaya program Sukhoi Superjet adalah sebesar 34 miliar Rubel, 16 miliarnya adalah dana anggaran. Sebelum 2029, Sukhoi mematok target untuk menjual 800 pesawat jet dan memenuhi 15% kebutuhan dari pasar pesawat internasional. Harga satu Sukhoi SSJ-100 mencapai 31,7 juta dolar AS.

"Penerbangan di Indonesia tersebut merupakan road show pertama untuk pesawat jet penumpang dalam sejarah penerbangan Rusia"

Para pejabat pemerintahan Rusia pun menyatakan bahwa departemen-departemen telah siap untuk membeli jet tersebut. Pada tahun awalnya, Sukhoi Superjet-100 telah menerima sertifikat EASA, yang memberikan kesempatan bagi perusahaan Sukhoi untuk memasuki pasar eropa. Dengan situasi seperti ini, jelas kejadian kecelakaan Sukhoi di Indonesia merupakan pukulan besar bagi Rusia khususnya Sukhoi.

Untuk saat ini, operator-operator dan pelanggan dari pesawat baru Rusia tersebut masih menolak untuk memberikan statement soal reaksi mereka terkait tragedi di Indonesia. Sukhoi Superjet-100 memulai penerbangan komersial pada tahun 2011. Pesawat pertama dikirimkan ke Armavia dan kemudian ke Aeroflot. Aeroflot saat ini mengoperasikan enam Sukhoi Superjet-100.

"Kami berharap bahwa insiden di Jakarta (tepatnya di Gunung Salak-Admin) tidak akan memperngaruhi pesanan untuk Superjet. Jet yang jatuh di pegunungan ini terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Oleh karena itu, penyeledikan akan segera dilakukan", kata sumber resmi di Kementerian Rusia,

"Tidak ada yang akan menutup mata pada apa yang telah terjadi, itu pasti. Namun, sejauh kesuksesan penjualan selama ini, maka ini semua tergantung dari pelanggan itu sendiri", kata pakar penerbangan Aleksei Sinitsky.

Boris Rybak, kepala perusahaan konsultan Infomost, juga berpendapat bahwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 tersebut tidak akan mempengaruhi penjualan pesawat tersebut. "Akan selalu ada risiko insiden untuk pesawat baru selama penerbangan percobaannya atau pada awal pengoperasiannya. Namun, dengan insiden itu, teknologi keamanan pesawat akan dibuat lebih baik lagi. Selain itu, program SSJ menerima dukungan politik yang kuat, termasuk di bidang penjualannya. Penjualan dilakukan tidak secara langsung, tapi tergantung pada karakteristik komersial atau teknis dari pesawat tersebut", lanjutnya dengan tidak mengurangi rasa belasungkawa atas korban Sukhoi Superjet-100 di Indonesia.

"Kecelakaan itu pasti akan memperlambat program dan merusak reputasi. Namun itu tidak akan menghentikan program penjualan Superjet baik di dalam maupun luar negeri," Kata Ruslan Pukhov, direktur pusat Sukhoi untuk analisis strategi dan teknologi.

Banyak para ahli yang mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan penerbangan di Asia akan segera mengambil keputusan mengenai kontrak setelah tragedi Sukhoi Superjet-100 di Indonesia.