Departemen Luar Negeri AS telah setuju untuk menjual 105 pesawat tempur generasi kelima F-35 serta peralatan terkait ke Jepang, Departemen di Pentagon untuk Kerjasama Pertahanan dan Keamanan mengungkapkan beberapa waktu lalu.
Tokyo berniat membeli 63 pesawat tempur varian standar F-35A untuk Angkatan Udara dan 42 F-35B yang berkemampuan take-off pendek dam pendaratan vertkal (STOVL), yang dibuat khusus untuk Korps Marinir AS.
Penjualan ini akan berkontribusi pada kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional AS dengan meningkatkan keamanan salah sekutu utamanya Jepang, yang merupakan kekuatan bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Untuk kepentingan keamanan nasional AS, membantu Jepang mengembangkan pertahanan militernya adalah hal yang sangat penting bagi AS.
Pemerintah AS juga telah memberi tahu Kongres tentang keputusan ini. Kongres sekarang memiliki waktu 30 hari mempelajari kontrak militer baru ini untuk menyetujui atau menolaknya.
Perlu diperhatikan, ini adalah pembelian kedua pesawat tempur generasi kelima oleh Jepang. Kontrak yang saat ini sedang berjalan adalah untuk pasokan 42 pesawat F-35A oleh Angkatan Udara Jepang.
Baca juga: Berkat F-35, Terjadi Perlombaan Senjata di Asia
Jepang mulai kembangkan pesawat tempur sendiri
Tim khusus untuk mengembangkan penerus pesawat tempur Mitsubishi F-2 Jepang telah dibentuk oleh Badan Pengadaan, Teknologi, dan Logistik Kementerian Pertahanan Jepang, seperti yang dilaporkan media April lalu.
Tim ini dipimpin oleh seorang Mayor Jenderal Angkatan Udara Jepang, dan termasuk di dalamnya sekitar 30 perwira, insinyur, dan pegawai lainnya.
Jepang berencana untuk meluncurkan pesawat tempur generasi berikutnya pada tahun 2035 dan sudah berencana untuk menciptakan infrastruktur pada akhir tahun ini untuk pengembangan bersama dan kerja sama teknis dengan Amerika Serikat atau Inggris.
Menurut persyaratan dari Angkatan Udara Jepang, pesawat tempur baru itu harus memiliki sensor siluman canggih, kemampuan peperangan elektronik (EW) dan kapasitas rudal yang sama atau lebih besar dari pesawat tempur siluman F-35 AS, serta memiliki kemampuan untuk berinteraksi dalam misi bersama dengan unit militer Amerika.
Sekitar 11,1 miliar yen telah dialokasikan untuk pengembangan pesawat tempur terbaru dalam anggaran negara Jepang untuk tahun 2020.
Perlu juga diketahui bahwa Amerika Serikat dan Inggris bersaing untuk menjadi menjadi mitra Jepang dalam pengembangan bersama penerus pesawat tempur F-2. Untuk mengalahkan pesaingnya dalam perjuangan di bidang industri militer Jepang ini, Amerika Serikat setuju untuk mengungkapkan kode program (kode sumber) untuk perangkat lunak pesawat tempur F-35 (atas dasar inilah pesawat tempur baru Jepang akan dibuat), serta untuk kemungkinan mengganti komponen Jepang dalam pesawat tempur baru dengan komponen Amerika.
Baca juga: Mitsubishi F-2 - Jet Tempur Multiperan Jepang
Ilmuwan Jepang sebut F-35 dapat terlihat di satelit
Siluman Amerika Serikat, F-35, dapat dilihat dari satelit, kata profesor Shizuoka Kazuhisa Ogawa pada 6 Juni lalu dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti.
Ogawa, seorang pakar militer yang juga bertugas sebagai penasihat tiga perdana menteri Jepang mencatat bahwa pesawat-pesawat tempur siluman dapat dengan mudah dideteksi dari luar angkasa dengan menggunakan satelit. Tidak terkecuali F-35 Lightning II.
Ogawa menjelaskan bahwa dengan komputer on-board modern, pilot lawan dapat menentukan arah, tinggi, dan kecepatan pesawat siluman menggunakan data satelit.
Kurangnya keunggulan teknologi siluman disebabkan oleh fakta bahwa bahan pesawat menyerap dan menyebarkan gelombang radar yang menabrak pesawat dari depan. Namun, pesawat siluman tidak berdaya bersembunyi dari satelit yang terbang di atasnya.
Baca juga: China Membuat Sendiri Versi Murah dari F-35 Amerika
F-35 Jepang jatuh tahun lalu
Sebuah F-35A milik Angkatan Udara Jepang hilang pada April tahun lalu. Kementerian Pertahanan mengumumkan bahwa pesawat tersebut jatuh dengan merujuk temuan puing-puing yang terlihat dan dikumpulkan oleh kapal dan helikopter pencari beberapa hari setelah kejadian.
Saat itu, aset-aset militer AS juga turut serta dalam pencarian, termasuk pesawat multi-misi Angkatan Laut AS Boeing P-8A Poseidon yang sedang bertugas di Jepang.
Pesawat yang jatuh, yang bernomor seri 79-8705, adalah yang pertama dari 13 F-35A Jepang yang dirakit kala itu oleh fasilitas check out dan perakitan akhir Mitsubishi di Nagoya. Karena kejadian ini, seluruh F-35A hasil rakit Jepang dikenai larangan terbang untuk sementara waktu.
Media lokal melaporkan bahwa kontak dengan pesawat tempur siluman buatan Lockheed Martin itu hilang tepat sebelum jam 7:30 malam. waktu setempat, dengan lokasi terakhir pesawat yang dilaporkan diidentifikasi di atas Samudra Pasifik sekitar 85 mil di sebelah timur kota Misawa di prefektur Aomori, di bagian utara pulau utama Jepang Honshu.
Lembaga penyiaran publik nasional Jepang, NHK, mengutip pejabat Angkatan Udara Jepang, melaporkan bahwa F-35A yang hilang adalah salah satu dari empat F-35A Jepang yang telah lepas landas dari Pangkalan Udara Misawa terdekat untuk misi pelatihan pada pukul 7:00 malam. waktu setempat.
Pesawat dan kapal Angkatan Laut Jepang dengan cepat memulai misi pencarian, dengan Coast Guard Jepang mengirim dua kapal segera setelahnya. Pesawat Angkatan Udara Jepang lainnya, pesawat pencarian dan penyelamatan U-125A dan helikopter Black Hawk UH-60J yang dikerahkan di seluruh pangkalan udara Jepang, juga bergabung dalam upaya pencarian.