Ialah KRI Yos Sudarso yang telah menjaga kedaulatan Indonesia selama puluhan tahun. KRI Yos Sudarso berlayar lintas samudra.
KRI Yos Sudarso menyandang nama besar pahlawan Laksamana Muda Yosafat Sudarso yang pada tahun 1962 gugur dalam sebuah pertempuran laut melawan Belanda dalam merebut Irian Barat.
"Kobarkan terus semangat pertempuran," itu menjadi kata terakhir Yos Sudarso kala itu. Semangat itulah yang menjadikan KRI Yos Sudarso terus berjuang di usianya yang sudah senja. Berjuang untuk menegakkan kedaulatan, menegakkan hak berdaulat, dan menegakkan hukum di laut.
KRI Yos Sudarso merupakan kapal ketiga dari kapal perang kelas Perusak Kawal Berpeluru Kendali Kelas Ahmad Yani milik TNI AL. Total ada enam kapal TNI AL yang sekelas KRI Yos Sudarso. Di Tanah Air, KRI Yos Sudarso memiliki tugas penting. Ia harus menjaga zona ekonomi eksklusif (ZEE) Natuna.
Meski sudah uzur, KRI Yos Sudarso selalu tampil gagah. Berbagai operasi pun sudah dilakukannya mulai dari operasi penyelamatan korban pesawat jatuh Air Asia QZ8501 pada 2015, pembebasan sandera di Bangladesh, hingga pembebasan 20 anak buah kapal (ABK) MV Sinar Kudus di Somalia.
KRI Yos Sudarso memiliki kemampuan peperangan tiga dimensi: peperangan udara, peperangan kapal permukaan, dan peperangan dengan kapal selam.
Peran KRI Yos Sudarso dalam menjaga kedaulatan Indonesia tak bisa diragukan. Meski sepi pemberitaan, KRI Yos Sudarso selalu berhasil menaklukkan kapal asing yang berusaha masuk ke perairan Indonesia.
KRI Yos Sudarso dibuat di Belanda pada tahun 1967 dan diluncurkan setahun kemudian. Kapal perang dengan nomor lambung 353 ini kemudian diserahkan ke Indonesia pada November 1988.
KRI Yos Sudarso memiliki bobot benaman 2.800 ton dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh mesin diesel 2 x Caterpillar CAT DITA 3616, Reintjes WAV 1000 P gearboxes dengan kekuatan 16.000hp. Repowering mesin penggerak dilakukan oleh PT PAL yang semula menggunakan mesin boiler.
Persenjataan
KRI Yos Sudarso dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah:- 4 Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC) C-802 dengan jangkauan maksimum 120 Km, berkecepatan jelajah Mach 0,8-0,9, berpemandu inertial/GPS dan terminal active radar dengan hulu ledak seberat 150 Kg.
- 4 Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 Kg. Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal.
- 1 meriam OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 km untuk target permukaan dan 12 km untuk target udara.
- 2 Senapan mesin 12,7mm
- 12 Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
Sensor dan elektronik
KRI Yos Sudarso diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL.Penerbangan
Memiliki dek untuk 1 helikopter yang sebelumnya adalah Westland Wasp HAS.1 (kini pensiun) dengan fungsi sebagai helikopter anti kapal selam. Digantikan dengan NBO-105 untuk penindakan ringan dan angkut serbaguna. Setelah 11 helikopter Eurocopter AS565 Panther pesanan TNI-AL diserahkan, Panther akan menggantikan NBO-105 untuk angkut, penindakan, dan peperangan anti kapal selam.Termasuk dalam kelas Ahmad Yani bersama KRI Yos Sudarso antara lain KRI Ahmad Yani (351), KRI Slamet Riyadi (352), KRI Oswald Siahaan (354) KRI Abdul Halim Perdana Kusuma (355) dan KRI Karel Satsuit Tubun (356).
Resources
- Medcom / Wikipedia