Lockheed Martin menjadi kontraktor utama dan yang bertanggung jawab untuk memproduksi sebagian besar badan dan sistem senjata F-22, serta untuk perakitan akhirnya. Sementara itu pihak Boeing bertugas membuat sayap, bagian belakang pesawat, integrasi avionik dan sistem pelatihan.
Meskipun masa pengembangan pesawat ini berlarut-larut, ditambah masalah operasionalnya, tapi pesawat ini akhirnya diresmikan pada Desember 2005. USAF (Angkatan Udara AS) pernah menyatakan komponen-komponen kritisnya sangat penting untuk pertempuran taktis, dan menyatakan bahwa pesawat ini tidak tertandingi oleh pesawat tempur saat ini atau pesawat tempur yang saat ini masih dikembangkan.
Raptor dilengkapi dengan fitur siluman, performa aerodinamis, dan kesadaran situasional yang sebelumnya belum pernah diterapkan pada pesawat tempur lain. Seorang mantan kepala Angkatan Pertahanan Australia mengatakan pada 2004 silam bahwa F-22 akan menjadi pesawat tempur yang paling menonjol yang pernah dibangun.
Tingginya harga F-22, lambatnya perkembangan pesawat tempur Rusia dan China, larangan ekspor, dan munculnya program baru F-35 yang awalnya diklaim lebih murah dan lebih fleksibel menyebabkan F-22 tidak lagi diproduksi.
Hukum federal Amerika Serikat tidak mengizinkan ekspor F-22. Pesawat lain, seperti F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon atau bahkan F-35 Lightning II Joint Strike Fighter yang juga mengusung teknologi dari F-22, tersedia untuk diimpor negara asing.
F-22 dibekali dengan kemampuan manuver yang tinggi, baik di kecepatan supersonik dan subsonik. Terkomputerisasi dengan fly-by-wire control system dan full authority digital engine control (FADEC) menjadikan pesawat ini sangat terkendali.
Stabilitas dan thrust vectoring memungkinkan F-22 untuk berbalik dengan cepat, dan melakukan manuver alpha tinggi (sudut serangan) seperti Herbst maneuver (J-turn) dan Pugachev's Cobra.
Raptor dilengkapi dengan fitur siluman, performa aerodinamis, dan kesadaran situasional yang sebelumnya belum pernah diterapkan pada pesawat tempur lain. Seorang mantan kepala Angkatan Pertahanan Australia mengatakan pada 2004 silam bahwa F-22 akan menjadi pesawat tempur yang paling menonjol yang pernah dibangun.
Tingginya harga F-22, lambatnya perkembangan pesawat tempur Rusia dan China, larangan ekspor, dan munculnya program baru F-35 yang awalnya diklaim lebih murah dan lebih fleksibel menyebabkan F-22 tidak lagi diproduksi.
Hukum federal Amerika Serikat tidak mengizinkan ekspor F-22. Pesawat lain, seperti F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon atau bahkan F-35 Lightning II Joint Strike Fighter yang juga mengusung teknologi dari F-22, tersedia untuk diimpor negara asing.
F-22 dibekali dengan kemampuan manuver yang tinggi, baik di kecepatan supersonik dan subsonik. Terkomputerisasi dengan fly-by-wire control system dan full authority digital engine control (FADEC) menjadikan pesawat ini sangat terkendali.
Stabilitas dan thrust vectoring memungkinkan F-22 untuk berbalik dengan cepat, dan melakukan manuver alpha tinggi (sudut serangan) seperti Herbst maneuver (J-turn) dan Pugachev's Cobra.