Senin, Maret 30, 2015

Proxy War

http://www.artileri.org/2015/03/proxy-war.html

Proxy war atau perang proksi adalah perang yang terjadi ketika lawan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan, dan tentara bayaran, pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan.

Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Menurut KASAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo: "Proxy war adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi risiko konflik yang berisiko kehancuran fatal."

KASAD mengatakan, perang proxy biasanya dimanfaatkan oleh pihak ketiga. Yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang pemain itu bisa pula berupa non-state actors, seperti LSM, Ormas, kelompok masyarakat atau perorangan. "Proxy merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya namun menghindari keterlibatan langsung suatu perang yang mahal dan berdarah," kata KASAD.

Indikasi Perang Proxy di Indonesia

Menurut Jendral TNI Gatot Nurmantyo, indikasi adanya proxy war di Indonesia diantaranya:
  • Gerakan separatis
  • Demonstrasi massa
  • Sistem regulasi yang merugikan
  • Peredaran narkoba
  • Pemberitaan media yang provokatif
  • Penyebaran *****grafi dan **** bebas
  • Tawuran pelajar, dan
  • Bentrok antar kelompok.
Menurut para pengamat politik dan pakar ilmu strategi global negara adikuasa di dunia ini sebuah fakta nyata atau kah hanya sebuah ilusi dan paranoid. Terdapat hasil diskusi akademis yang dikeluarkan oleh :

a. Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 10 Maret 2014. Proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam bentuk:
  • Menjadikan Indonesia sebagai pasar produk pihak asing.
  • Menghambat pembangunan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar kalah bersaing dalam era pasar bebas dunia.
  • Merekrut generasi muda Indonesia dengan indoktrinasi disertai fasilitas pendidikan dan materi, agar mau jadi agen negara asing, agar kalau mereka jadi pemimpin bangsa Indonesia dikemudian hari, akan bisa dikendalikan oleh pemerintah negara asing tersebut.
  • Negara asing akan melakukan investasi besar-besaran di bidang industri strategis, agar menguasai sektor industri strategis di Indonesia (migas, pertambangan, listrik, komunikasi, satelit, Alat Utama Sistem Senjata Militer RI, Saham Bluechip, dll).
  • Pihak asing berusaha menciptakan pakta pasar bebas regional dan dunia, agar produk lokal Indonesia menjadi tertekan dan hancur. Melakukan penetrasi, penyusupan, suap, kolusi dengan pihak anggota legislatif Indonesia, agar produk hukum strategisnya akan menguntungkan pihak asing.
  • Menciptakan kelompok teroris di Indonesia, agar dengan dalih untuk memerangi terorisme dunia, pihak asing dapat leluasa melakukan intimidasi dan campur tangan masuk ke Indonesia dengan dalih untuk menghancurkan terorisme dunia.
  • Membeli dan menguasai media massa, baik cetak maupun elektronik, untuk membentuk opini publik yang menguntungkan pihak asing. Menguasai industri teknologi komunikasi tingkat tinggi, seperti satelit komunikasi dan satelit mata mata, agar dapat menyadap dan memonitor seluruh percakapan pejabat penting Indonesia, juga lokasi kekuatan militer Indonesia, serta kekayaan tambang Indonesia.
  • Memecah belah dan mengahancurkan generasi muda Indonesia dengan narkoba, pergaulan **** bebas, budaya konsumtif, dan bermalas malasan.
b. Universitas Brawijaya, memberikan hasil diskusi tentang Proxy war di Indonesia, hampir sama dengan hasil dari Universitas Indonesia.

c.  Hasil diskusi ilmiah Institut Teknologi Bandung, juga hampir sama.

d. Hasil diskusi ilmiah dari Lembaga Ketahanan Nasional Jakarta, 19 Juni 2014, juga hampir sama.

Upaya Mengatasi Proxy War

a. Kepada TNI AD
Dalam Amanat KASAD pada upacara pengibaran bendera yang dilaksanakan setiap tanggal 17 setiap bulannya yang berlangsung di lapangan Olah Raga Pusdik Arhanud pada bulan Februari 2015 mengatakan "Ancaman proxy war, dalam konteks kepentingan nasional bangsa Indonesia, harus terus diwaspadai dan disikapi secara bersungguh-sungguh. Dalam kaitan itu, kepada seluruh prajurit TNI AD saya perintahkan agar senantiasa membentengi diri, keluarga dan satuan masing-masing dari pengaruh dan ancaman bahaya proxy war dengan :
  • Perkuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Jaga soliditas satuan, serta
  • Jadikan selalu Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI sebagai landasan dalam berpikir, berbuat dan bertindak dalam bentuk kehidupan para Prajurit.
KASAD menegaskan, agar kita pedomani pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang disampaikan puluhan tahun yang lalu, yang masih tetap sesuai untuk kita terapkan dalam menghadapi bahaya dan ancaman proxy war

Janganlah mudah tergelincir dalam saat yang akan menentukan nasib bangsa dan negara kita, seperti yang kita hadapi pada dewasa ini, fitnah yang besar atau halus, tipu muslihat yang keras atau lemah, provokator yang tampak atau sembunyi, semua itu insya Allah dapat kita lalui dengan selamat, kalau saja kita tetap awas dan waspada, memegang teguh pendirian cita-cita, sebagai patriot Indonesia yang sejati.

b. Kepada Mahasiswa/Pemuda
Menurut KASAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dihadapan para mahasiswa Universitas Sumatera Utara bahwa pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy war diantaranya dengan:
  • Selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah
  • Ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing
  • Melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan
  • Mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter.
Untuk itu pemuda, dalam hal ini mahasiswa, harus membekali diri dengan ilmu, keahlian, dan keterampilan sesuai bidangnya. Wawasan luas, berpengalaman untuk membentuk karakter dan berwawasan kebangsaan sehingga mampu melawan dan menghancurkan proxy war di Indonesia.

Di masa yang akan datang, dunia, negara, provinsi, kabupaten/kota, komunitas, dan lembaga akan bersama-sama membentuk "global forum":
  • Dalam semangat dan komitmen memilih tanpa harus menghakimi
  • Menentukan tanpa harus menyalahkan
  • Memutuskan tanpa harus merendahkan
  • Menonjolkan tanpa harus meniadakan
  • Bhinneka Tunggal Ika (Unity in diversity), dan
  • Semangat gotong royong.
Kesimpulan 

Menurut KASAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dalam bukunya yang berjudul: "PERAN PEMUDA DALAM MENGHADAPI PROXY WAR", Proxy War adalah sebuah konfrontasi antara dua negara yang menggunakan "Peran Pengganti/boneka/antek antek", dalam berkonfrontasi dan memenangkan konfrontasi, agar tidak berkonfrontasi secara frontal, terbuka dan berisiko kehancuran yang fatal.

Biasanya pihak yang dijadikan boneka/antek dalam proxy war, adalah LSM, Ormas, kelompok masyarakat ataupun tokoh masyarakat perorangan, yang eksis di negara sasaran, yang memiliki kemampuan dan jaringan luas dan pengaruh kuat di kalangan masyarakat negara sasaran tapi mereka bisa dibeli dan mau mengkhianati bangsanya sendiri untuk mendapatkan kekuasaan, jabatan dan kekayaan dari pihak negara penyerang.

Melalui proxy war ini, tidak dapat dikenal dengan jelas siapa lawan dan siapa kawan, karena negara penyerang mengendalikan "Boneka/Non State Actors" ini dari luar negeri. Negara penyerang akan membiayai semua dana operasi dan imbalan bagi para non-state actors ini, dengan syarat mereka mau melakukan semua keinginan penyandang dana proxy war ini.


Sumber: Lemjiantek TNI AD
Gambar: via RRI.co.id