Kamis, Desember 11, 2014

Tentara Jerman Meragukan Senapan Serbunya

G36

Orang-orang sering mendengar tentang tangguhnya senapan serbu Jerman G36 kaliber 5.56×45mm - turunan dari senapan serbu G3 kaliber 7.62mm yang legendaris. Keduanya adalah produk dari perusahan senjata Jerman Heckler & Koch (H&K).

G3 atau turunannya hampir bisa ditemukan di seluruh dunia, wajar bila G3 termasuk ke dalam lima senapan kecil yang banyak terjual di dunia. Sedangkan G36 berbeda, senapan ini belum begitu banyak ditemukan di luar Eropa. Kabarnya, G36 memiliki reputasi yang buruk.

G36 yang terlahir di tahun 90-an ini dikenal sebagai senapan serbu ringan dan serbaguna. Banyak tentara dan pasukan keamanan Eropa yang mengadopsinya. Dua negara lain juga telah membeli lisensi produksi senapan ini, yaitu Spanyol dan Arab Saudi.

Terdapat beberapa perbedaan kecil antara G36 versi ekspor dan yang dipakai oleh tentara Jerman. Perbedaan utamanya terletak pada sight (pemandangan) pada scope yang terintegrasi. Versi Jerman memiliki reflex sight dan versi ekspor memiliki iron sight.

Secara teori, pengguna dapat tidak menggunakan reflex sight untuk menggunakan iron sight. Namun dalam prakteknya, hal ini tidak bekerja. Tentara Jerman juga telah mencobanya.

G36

Sejak diperkenalkan sebagai senapan serbu standar Jerman pada bulan Desember 1997, tentara Jerman disebutkan tidak puas dengan G36. Berbeda dengan G3 yang sudah digunakan tentara Jerman selama hampir 40 tahun.

Penggunaan G36 oleh tentara Jerman dimulai seiring perubahan kebijakan luar negeri Jerman. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kontemporer, Jerman turut ambil bagain dalam operasi internasional di Balkan. Dan pada tahun 2001 Amerika Serikat menginvasi Afghanistan, dan Jerman turut bergabung dengan pasukan pendudukan NATO. Disitulah muncul rumor mengenai ketidakakuratan G36 akibat kelemahan dalam rancangannya.

Pada tahun 2009, tentara Jerman meningkatkan operasinya di Afghanistan. Tentara Jerman mengeluhkan G36 mereka yang overheat selama musim panas di Afghanistan. Kemudian pada tahun 2010, ketika terjadi pertempuran paling intensif yang melibatkan tentara Jerman sejak Perang Dunia II, terjadi baku tembak yang menewaskan tiga pasukan terjun payung. Selama 10 jam, pasukan payung berjibaku dari serangan Taliban di distrik Char Darrah, 28.000 putaran amunisi telah dimuntahkan. Ternyata, penyelidikan menunjukkan tidak ada Taliban yang terluka parah.

Kamera helm dan saksi mata pertempuran 10 jam itu membuktikan bahwa G36 mengalami overheating. Overheating mempengaruhi keakuratan G36, sehingga kurang efektif untuk jarak 100-200 meter, dan tidak efektif untuk 300 meter lebih. Tentara Jerman harus mendinginkannya dulu sebelum memulai pertempuran kembali. H&K menjelaskan bahwa G36 tidak cocok untuk pertempuran yang lam, tidak dirancang untuk pertempuran yang terus menerus. 

Departemen Pertahanan Jeman juga tidak menanggapi serius laporan overheat dan ketidakakuratan G36. Pada bulan Februari 2014, Departemen Pertahanan Jerman mengatakan bahwa masalah overheating G36 bukan berasal dari desain yang lemah, tapi karena amunisi yang buruk. Para produsen amunisi disebutkan mengkonfirmasi hal ini, meskipun para ahli tidak mempercayainya. Dan akhirnya, di tahun ini juga tentara Jerman menghentikan pembelian G36, sebelum masalah diselesaikan. (War is Boring)