Jumat, November 21, 2014

Press Tour Kemhan 2014, Berkeliling dengan Leopard

MBT Leopard

Tak terbayang sebelumnya di benak para wartawan dari rombongan Press Tour Kemhan 2014 bisa menjajal salah satu Main Battle Tank (MBT) Leopard kebanggaan Indonesia yang dimiliki Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/2 Kostrad. Kesempatan mengendarai tank Leopard tersebut adalah bagian dari rangkaian kegiatan Press Tour Kemhan 2014 yang diselenggarakan Puskom Publik Kemhan dari tanggal 18-19 November 2014 di Jawa Timur.

Saat berkunjung ke Yonkav 8/2 Kostrad, wartawan yang berjumlah 11 orang dari berbagai media bukan dapat hanya melihat langsung melainkan diizinkan oleh Danyonkav 8/2 Mayor Kavaleri Valian Wicaksono untuk menaiki tank Leopard dan bermanuver mengelilingi kompleks kesatrian Yonkav 8 seluas 5 hektar yang berada di desa Roh Kepuh, Kecamatan Beji, Pasuruan, Jawa Timur. Bukan hanya itu awak media ini juga mendapatkan penjelasan seputar kecanggihan alat tempur tank kelas berat kebanggaan Indonesia tersebut.

Menurut Danyonkav 8, dari aspek teknologi tank Leopard sudah termasuk ke dalam salah satu tank terkuat. Adapun cakupan teknologi yang ada di tank Leopard adalah memiliki kualitas pelindung lapis baja dan aplikasi pelindung lainnya yang lebih baik dibandingkan dengan jenis tank lainnya, seperti Explosive Reactif Armor/ERA (Aktif Protection), Ceramic add on plate dan composive protection sehingga mampu tahan s.d kaliber 40 mm.

Tank ini juga ditunjang sistem keseimbangan (stabilizer) pada turret sehingga mampu menembak sasaran dengan tepat sementara bergerak, dilengkapi dengan automatic firing control system dan balistic computer untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam penembakan. Technology Investment bagi prajurit kavaleri pada kemampuan kesenjataan satuan kavaleri yang bersifat universal.

Dijelaskannya, tekanan jejak dari tank Leopard bila dibandingkan truk tronton dengan bobot yang sama maka kemungkinan jumlah tekanan jejak akan lebih besar truk tronton. Meski memiliki berat 52 ton, tank Leopard memiliki 7 sumbu roda yang menempel ke aspal sehingga bebannya terbagi rata. Sedangkan truk tronton hanya memiliki beberapa titik sumbu roda sehingga bebannya tidak terbagi rata dan berakibat merusak aspal di jalan yang dilintasinya.

Sementara itu, keunggulan spesifikasi teknis tank Leopard adalah memiliki mesin  47.600 cc, rpm 2600, tenaga 1500 ps. Kecepatan maksimum bisa mencapai 80 km perjam. Untuk bergerak mundur tank ini berjalan dengan kecepatan 31 km  perjam. Tank Leopard juga mampu mengarung (berjalan di bawah air) tanpa persiapan hingga kedalaman 1,2 meter. Namun jika dilengkapi dengan snorkel maka bisa mencapai kedalaman 4 meter. Sedangkan pergerakan memutar 360 derajat dari kubah tank Leopard hanya membutuhkan waktu 10 detik. Kapasitas tangki bahan bakar dari tank Leopard juga lebih banyak yaitu 1.160 liter.

Tank Leopard juga dilengkapi dengan persenjataan kanon Rheinmetall 120 mm smoothbore gun L/44 dan 2 senjata mesin. Tank ini mampu menembakkan munisi mulai dari kaliber 120 mm hingga 125 mm dengan jarak efektif 4 km. "Saat ini kami baru kedatangan 20 tank Leopard dan akan datang lagi 21 tank ‎lagi, serta 19 tank support," ujarnya.

Menurut Danyonkav 8/2, dengan kelengkapan teknologi yang dimiliki tank Leopard, maka terdapat pertimbangan-pertimbangan dalam pengadaannya. Salah satunya dilihat aspek keuntungan politis bagi negara, yakni dapat mewujudkan perimbangan dalam kekuatan. Selain itu dengan adanya pengadaan Tank Leopard tersebut dapat mewujudkan deterrence effect atau efek penggentar bagi negara-negara yang ada di kawasan sekitar. Dengan diperkuat tank Leopard bangsa Indonesia juga mampu meningkatkan posisi tawar/bargaining position negara dan wibawa bangsa di dunia Internasional.

Press Tour Kemhan 2014 juga kunjungi industri pertahanan

Industri Pertahanan dalam negeri berfungsi untuk mendukung kebutuhan peralatan militer TNI saat ini sedang menggeliat. Kondisi ini pun dialami beberapa industri pertahanan di bidang munisi dan parasut udara yang berada di Jawa Timur. Untuk melihat secara pasti proses perkembangannya, rombongan Press Tour Kemhan 2014, Selasa, 18 November 2014, bertolak ke Jawa Timur mengunjungi CV. Maju Mapan di Tulung Agung dan Divisi Munisi PT.PINDAD (Persero) yang ada di Malang, Jawa Timur.

Setibanya di Tulung Agung, Jawa Timur, rombongan Press Tour Kemhan meninjau CV. Maju Mapan yang diketahui sebagai salah satu industri pertahanan swasta yang banyak memproduksi peralatan militer non alutsista. Rombongan disuguhi penjelasan DR (HC) Yafet Paiman selaku direktur utama sekilas tentang profil perusahaan dan beberapa kemajuan dan keunggulan dari industri yang dipimpinnya. 

CV. Maju Mapan yang mulai memiliki ISO 2001 hingga 2014 telah memproduksi berbagai macam peralatan militer seperti tenda, velbed, ikat pinggang TNI/Polri, meja dan kursi lapangan. Jenis tenda-tenda yang ada meliputi tenda standar TNI/POLRI seperti tenda peleton, tenda dapur, tenda komando, tenda regu, tenda rumah sakit, tenda pengungsi, tenda keluarga, tenda posko, tenda UNICEF, dan MCK lapangan. Peralatan dan perlengkapan personel juga diproduksi industri ini, seperti ransel punggung besar dan ransel punggung kecil, dan Koppelriem TNI/Polri.

CV Maju Mapan juga mempunyai produk unggulan dan terbaru seperti dapur lapangan dan parasut udara orang utama dan cadangan Garuda 1-P, payung udara barang dengan kontainernya yang telah diuji dan bersertifikat dari Litbang AD dan Litbang AU. Begitu juga dengan produk terbarunya yaitu Dragchute untuk pesawat Hawk dan pesawat Sukhoi yang dirancang khusus untuk menahan laju pesawat saat setelah mendarat dengan kondisi stabil.

Yafet Paiman saat dikunjungi wartawan mengatakan produk-produknya telah dipasarkan ke sejumlah daerah yang ada di dalam ataupun luar negeri. Konsumen yang telah menggunakan produknya bukan hanya dari kalangan militer, melainkan dari sipil seperti BNPB, Basarnas, PMI, dan Kementerian Sosial. Ditambahkan Payet Paiman, sebagai fungsi pengawasan setiap jenis produk militer yang telah dipasarkan, wajib dilaporkan kepada pihak Kemhan dan TNI.

Terkait kegiatan penelitian atau riset terhadap produk terbarunya yaitu payung parasut, pihaknya bekerjasama dengan tenaga ahli dari badan Litbang dari berbagai pihak seperti Litbang Kemhan dan TNI serta dibantu oleh personel TNI AU, TNI AD. Riset yang dilakukan pada setiap produk barunya memerlukan waktu 1 tahun 2 bulan serta memakan biaya 1,2 milyar untuk uji coba produk. Penggunaan local content dari produk payung parasut juga sudah mencapai 72 %.

Usai mengamati perkembangan dari CV Maju Mapan, rangkaian kegiatan Pers Tour Kemhan 2014 diteruskan dengan meninjau Divisi Munisi PT Pindad di Turen, Malang, Jawa Timur. Para wartawan yang hadir saat itu juga diberi kesempatan untuk menyaksikan secara langsung dari proses produksi munisi dari jenis Munisi Kaliber Kecil (MKK) dan Munisi Kaliber Besar (MKB). Mulai dari proses peregangan selongsong, proses pembentukan, proses pembubutan, proses inspeksi atau pemeriksaan komponen selongsong dan proyektil, visualisasi, kemudian proses perakitan komponen selongsong dan proyektil hingga proses penyusunan dan pengemasan munisi secara utuh.

Kepala Divisi Munisi PT Pindad, I Wayan Sutama dalam penjelasannya kepada wartawan, berkat bantuan dari pemerintah saat ini Divisi Munisi telah menambah mesin-mesin modern baru dari Amerika, Jerman dan Belgia guna meningkatkan kapasitas produksi MKK khususnya kaliber 5,56 mm. Dengan adanya mesin-mesin tersebut diharapkan tahun 2015 kapasitas produksi MKK ini bisa mencapai 140 juta butir pertahun, yang sebelumnya hanya 120 juta pertahun.

Disamping itu Divisi Munisi Pindad tengah melaksanakan beberapa program pengembangan, yang diantaranya pada lini MKB. Pada lini MKB PT Pindad bekerjasama dengan industri Rheinmetall Defence Jerman melaksanakan Transfer of Technology (ToT) hingga siap menjadi pemasok MKB berkaliber 120 mm untuk tank Leopard. Untuk persiapan pembuatannya, Pindad telah menyiapkan lahan seluas 3 hektar di Gunung Layar, Malang, sebagai tempat pembuatan munisi kaliber besar yang bisa digunakan oleh Leopard. Namun Wayan Sutama belum bisa memastikan apakah Pindad akan membuatnya secara keseluruhan atau hanya perakitan. Selain munisi untuk tank Leopard, design munisi hampa dan munisi asap berkaliber 106 mm yang dapat digunakan latihan pada tank canon dan meriam Howitzer juga telah dilakukan. Kedepannya Divisi Munisi berencana menambah lini munisi kaliber lain, yaitu, membangun produksi Munisi Kaliber Besar Roket (MKBR) yang dimulai dari jarak 20 hingga 40 km sesuai dengan permintaan pihak pengguna.

I Wayan Sutama menambahkan pengembangan lain pihaknya akan mengarah kepada produk bahan peledak dan kembang api komersial. Oleh karena itu pihaknya juga telah melakukan penjajakan dengan Kepolisian RI guna membahas regulasi yang berfungsi pengawasan dalam hal proses pendistribusian dan penggunaannya.

Sumber: DMC