Jumat, Maret 07, 2014

China Tingkatkan Anggaran Pertahanan, Asia Pasifik Semakin Memanas?

Berita pertahanan terpopuler untuk wilayah Asia Pasifik minggu ini adalah mengenai keputusan China untuk meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 12,2 persen menjadi sekitar USD 132 miliar (sekitar 1.500 triliun rupiah) untuk tahun fiskal berikutnya.

Militer China. Gambar: Reuters/stringer Shanghai.
Perlu diperhatikan bahwa angka peningkatan tersebut terasa tidak memiliki korelasi dengan tingkat pertumbuhan aktual China yang besarnya 7,7 persen (dengan target 7,5 persen). Menandakan China berambisi besar untuk meningkatkan kemampuan militernya. Sekaligus sebagai sinyal kuat dari Presiden Xi Jinping bahwa Beijing tidak akan mundur dari ketegasannya untuk terus meningkatkan kekuatan di Asia, terutama di perairan yang disengketakan .

Keputusan China ini diumumkan pada hari Rabu lalu saat hari pertama Kongres Rakyat Nasional, sebuah pertemuan tahunan anggota legislatif yang tujuannya untuk secara resmi menyetujui kebijakan yang telah dibuat oleh para pemimpin Partai Komunis.

Laju pertumbuhan anggaran pertahanan China terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2013 lalu, anggaran pertahanan China meningkat sebesar 10,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kini belanja militer negara itu menjadi yang terbesar kedua di dunia dibelakang Amerika Serikat.

Sebagai negara produsen peralatan pertahanan yang kini diperhitungkan di dunia, peningkatan anggaran pertahanan ini tentu menjadi kabar baik bagi produsen-produsen pertahanan di seluruh China. Sangat kontras dengan apa yang terjadi pada militer Amerika Serikat saat ini yang tengah mengencangkan "ikat pinggang." Bahkan pengumuman terbaru dari menteri pertahanan AS menyebutkan bahwa Pentagon berencana memangkas ratusan ribu personel militernya guna mengalihkan dananya ke sektor militer lain (misal pengembangan alutsista).

IHS Jane, konsultan dan analis pertahanan, memperkirakan bahwa China akan menghabiskan USD 148 miliar pada tahun ini. Analis militer Barat menilai bahwa pengeluaran militer tahuan aktual China diyakini lebih besar dari angka yang diumumkan. Namun meskipun begitu, perkiraan anggaran pertahanan China yang sebenarnya ini masih jauh lebih kecil dari anggaran pertahanan Amerika Serikat yang secara resmi diumumkan sebesar USD 528,8 miliar untuk tahun fiskal 2014, menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar USD 600,4 miliar (laporan IISS).

Anggaran pertahanan China tahun 2000-2014

Pesatnya pertumbuhan anggaran pertahanan China menjadi tanda bahwa China berhasrat untuk mendominasi kehadiran militer di Pasifik terutama angkatan laut. Tahun lalu, Angkatan Laut China telah mengerahkan kapal induk pertamanya, Liaoning, ke laut yang dibeli dari Ukraina dan dibangun kembali oleh China. Belum lagi pertumbuhan pesat kapal perang dan kapal selam China baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang cukup mengejutkan AS.

Para pejabat AS sebelumnya telah menyatakan keprihatinannya atas ketegangan diplomatik di Asia Timur dan Asia Tenggara, sebagian besar terkait dengan meningkatnya militer dan klaim-klaim China atas wilayah yang masih disengketakan, ditambah lagi pada tahun ini anggaran pertahanan China kembali meningkat. Namun sebagian analis menilai pengeluaran militer China adalah moderat, dan sesuai dengan kondisi ekonomi dan keamanan negara tersebut.

Chen Zhou, seorang peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Militer dan Deputi Kongres Rakyat Nasional (NPC), mengatakan bahwa belanja militer China saat ini berada pada tingkat yang "masuk akal dan seimbang," seperti dikutip laman Xinhua.

Chen mengakui bahwa China berada di bawah tekanan strategis yang terus meningkat, sebagaimana wilayah Asia-Pasifik telah menjadi pusat geo-politik dan ekonomi global dengan beberapa negara besar telah mempercepat penyesuaian strategis dan memperkuat aliansi militer.

Chen juga mengatakan bahwa peningkatan anggaran pertahanan juga disebabkan karena China dihadapkan pada tanggung internasional yang terus meningkat. China adalah negara penyumbang terbesar misi penjaga perdamaian PBB di antara lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. China juga secara rutin mengirimkan gugus tugas angkatan lautnya untuk melakukan misi pengawalan di Teluk Aden dan lepas pantai Somalia.

"Misi luar negeri biayanya beberapa kali lebih besar daripada mereka yang di dalam negeri," kata Chen. "Dengan menaikkan anggaran pertahanan dan meningkatkan kemampuan militernya, China akan mampu memberikan kontribusi lebih untuk perdamaian dunia."

Proyeksi Kekuatan


Besarnya belanja militer memungkinkan China menciptakan kekuatan modern yang mampu memproyeksikan kekuatannya tidak hanya di perairan yang disengketakan di Timur dan Selatan China, tetapi bisa lebih jauh ke Samudra Pasifik dan Hindia Barat.

Pesawat-pesawat tempur dan pesawat pengintai China sekarang secara rutin berpatroli zona identifikasi pertahanan udara baru yang kontroversial yang mencakup pulau-pulau yang disengketakan dengan Jepang. Sementara itu, kapal induk China, Liaoning, sudah melakukan latihan pertamanya di Laut China Selatan pada akhir tahun lalu.

Pada saat Washington berusaha meningkatkan kehadiran militernya di wilayah Asia Pasifik sebagai bagian dari strategi "poros" Asia, China juga terus membangun kapal selam, kapal permukaan dan rudal balistik anti-kapal, dan telah menguji teknologi baru sistem pertahanan udara.

Terkait pesawat tempur siluman J-20 China yang telah menjadi sasaran spekulasi para analis pertahanan barat. Desain sebelumnya J-20 dinilai cacat terutama bila untuk ditujukan sebagai pesawat tempur siluman. Namun menurut laporan terbaru, beberapa elemen pesawat J-20 telah diperbaiki dan dimodifikasi oleh China, yang sepertinya khusus untuk meningkatkan kinerja silumannya. Namun apapun hasilnya, upaya China untuk terus mengembangkan J-20 menjadi bukti bahwa negara ini tidak akan menyerah untuk terus meningkatkan kemampuan militernya.

J-20 belum diharapkan untuk dioperasikan Angkatan Udara China dalam waktu dekat, Pentagon memperkirakan bahwa pesawat itu paling cepat masuk layanan pada 2018 nanti. Sejauh yang diketahui, J-20 tampaknya dirancang khusus untuk digunakan Angkatan Udara China. Hingga kini China belum mengisyaratkan untuk mengekspor J-31 (versi ekspor J-20) ke negara lain.