Pekan lalu, Angkatan Darat AS mengumumkan akan melakukan uji coba kedua dari salah satu rudal hipersoniknya pada bulan Agustus.
Panglima Komando Pertahanan Rudal Angkatan Darat AS, Letnan Jenderal David L. Mann, pekan lalu mengatakan kepada Kongres bahwa pada bulan Agustus Angkatan Darat akan melakukan uji coba lanjutan (kedua) rudal hipersonik. Hasil uji coba kedua ini akan menentukan masa depan program, yang mana rudal tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh Angkatan Laut AS.
Disebut sebagai Advanced Hypersonic Weapon (AWH), rudal ini merupakan bagian dari program Conventional Prompt Global Strike (CPGS) militer AS, yang bertujuan untuk memberikan AS kemampuan menyerang target apapun di muka bumi dalam waktu satu jam dengan hulu ledak konvensional. Menurut Angkatan Darat AS, "AWH yang diluncurkan dari Amerika Serikat dapat mencapai target di mana pun di dunia. (Rudal) Ini dapat terbang dengan kecepatan Mach 5 (6.125 km/jam), sekitar 3.600 mil per jam, atau lebih cepat."
AWH pertama kali diuji pada bulan November 2011. Diluncurkan dari Fasilitas Rudal Pasifik AS di Kauai, Hawaii, melakukan penerbangan sejauh 2.500 mil (4.023 km) dalam waktu sekitar setengah jam sebelum akhirnya mencapai target di Test Site Reagan, di Kepulauan Marshall.
Pada uji coba yang pertama, Pentagon mengatakan: "Sistem booster tiga tahap meluncurkan AWH dan berhasil terbang di lintasan yang direncanakan. Rudal terbang di lintasan non-balistik dengan kecepatan hipersonik menuju lokasi target yang ditentukan yaitu Test Site Reagan. Seluruh platform ruang angkasa, udara, laut dan darat mengumpulkan data performa rudal di semua fase penerbangannya."
Mann juga menegaskan bahwa program pengembangan AWH belum keluar dari jalur anggaran dan dia belum berfikir program ini akan melebihi anggaran. "Saat ini saya belum melihat overrun biaya. Semuanya berdasar pada apa yang terjadi pada saat uji coba. Kami memiliki cukup dana yang dialokasikan untuk mendukung uji coba. Kami tidak melihat adanya overrun biaya."
AWH terbilang program pengembangan senjata yang lebih menunjukkan titik keberhasilan daripada program pengembangan senjata lainnya yang masuk dalam program CPGS. Program-program lainnya adalah dari Angkatan Udara yaitu Air Force Conventional Strike Missile (CSM) dan program HTV-2. Angkatan Udara AS juga sedang menjajaki pengembangan teknologi hipersonik melalui program X-51A Waverider mereka yang eksperimental. Angkatan Laut AS juga sedang menjajaki kemungkinan mengembangkan rudal hipersonik untuk kapal selam, meskipun pengembangannya bisa dipastikan akan berdasar pada teknologi AWH.
Rudal AWH akan menjadi bagian integral dari upaya militer AS untuk membendung strategi penolakan China, mengingat kemampuan militer China yang sudah bisa untuk operasi jarak jauh. Namun AS bukan satu-satunya negara di dunia yang mengembangkan rudal hipersonik, China dan Rusia juga mengembangkan rudal hipersonik mereka sendiri.
Panglima Komando Pertahanan Rudal Angkatan Darat AS, Letnan Jenderal David L. Mann, pekan lalu mengatakan kepada Kongres bahwa pada bulan Agustus Angkatan Darat akan melakukan uji coba lanjutan (kedua) rudal hipersonik. Hasil uji coba kedua ini akan menentukan masa depan program, yang mana rudal tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh Angkatan Laut AS.
Disebut sebagai Advanced Hypersonic Weapon (AWH), rudal ini merupakan bagian dari program Conventional Prompt Global Strike (CPGS) militer AS, yang bertujuan untuk memberikan AS kemampuan menyerang target apapun di muka bumi dalam waktu satu jam dengan hulu ledak konvensional. Menurut Angkatan Darat AS, "AWH yang diluncurkan dari Amerika Serikat dapat mencapai target di mana pun di dunia. (Rudal) Ini dapat terbang dengan kecepatan Mach 5 (6.125 km/jam), sekitar 3.600 mil per jam, atau lebih cepat."
AWH pertama kali diuji pada bulan November 2011. Diluncurkan dari Fasilitas Rudal Pasifik AS di Kauai, Hawaii, melakukan penerbangan sejauh 2.500 mil (4.023 km) dalam waktu sekitar setengah jam sebelum akhirnya mencapai target di Test Site Reagan, di Kepulauan Marshall.
Pada uji coba yang pertama, Pentagon mengatakan: "Sistem booster tiga tahap meluncurkan AWH dan berhasil terbang di lintasan yang direncanakan. Rudal terbang di lintasan non-balistik dengan kecepatan hipersonik menuju lokasi target yang ditentukan yaitu Test Site Reagan. Seluruh platform ruang angkasa, udara, laut dan darat mengumpulkan data performa rudal di semua fase penerbangannya."
Mann juga menegaskan bahwa program pengembangan AWH belum keluar dari jalur anggaran dan dia belum berfikir program ini akan melebihi anggaran. "Saat ini saya belum melihat overrun biaya. Semuanya berdasar pada apa yang terjadi pada saat uji coba. Kami memiliki cukup dana yang dialokasikan untuk mendukung uji coba. Kami tidak melihat adanya overrun biaya."
AWH terbilang program pengembangan senjata yang lebih menunjukkan titik keberhasilan daripada program pengembangan senjata lainnya yang masuk dalam program CPGS. Program-program lainnya adalah dari Angkatan Udara yaitu Air Force Conventional Strike Missile (CSM) dan program HTV-2. Angkatan Udara AS juga sedang menjajaki pengembangan teknologi hipersonik melalui program X-51A Waverider mereka yang eksperimental. Angkatan Laut AS juga sedang menjajaki kemungkinan mengembangkan rudal hipersonik untuk kapal selam, meskipun pengembangannya bisa dipastikan akan berdasar pada teknologi AWH.
Rudal AWH akan menjadi bagian integral dari upaya militer AS untuk membendung strategi penolakan China, mengingat kemampuan militer China yang sudah bisa untuk operasi jarak jauh. Namun AS bukan satu-satunya negara di dunia yang mengembangkan rudal hipersonik, China dan Rusia juga mengembangkan rudal hipersonik mereka sendiri.