Rabu, Mei 29, 2013

Hacker China Curi Blueprint Markas Intelijen Australia

Hacker China Curi Blueprint Markas Intelijen Australia
 
Hacker China dituduh mencuri cetak biru (blueprint) markas badan intelijen baru Australia yang sedang dibangun di Canberra, sebuah laporan mengatakan Selasa. Laporan, yang tidak menyebutkan nama sumbernya, mengatakan cetak biru tersebut diperoleh melalui serangan siber (cyber) terhadap komputer kontraktor bangunan yang akhirnya terlacak ke sebuah server di China.
 
Stasiun televisi Australia The Australian Broadcasting Corporation (ABC) mengatakan blueprint yang diambil melalui serangan cyber ini termasuk tata letak kabel. sistem komunikasi, denah, lokasi server dan sistem keamanan dari gedung intelijen tersebut.
 
Mengenai tuduhan ini, Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr menegaskan bahwa hubungan dengan Beijing tidak akan terpengaruh. Carr juga mengatakan bahwa pemerintah Australia tidak menutup mata dari serangan cyber pada keamanan nasional, sembari menambahkan bahwa tidak ada yang terkejut dalam hal ini.

Namun dia menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal bahwa China-lah yang berada di balik serangan itu.

"Saya tidak akan mengomentari masalah intelijen dan keamanan untuk alasan yang jelas : Kita tidak ingin berbagi dengan dunia dan para agresor potensial tentang apa yang kita ketahui dari apa yang mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka melakukannya," ujar Carr.

Sementara Australia sejak lama memiliki aliansi militer Amerika Serikat, China adalah mitra dagang terbesar dan kedua negara telah menjalin hubungan lebih erat. Carr menegaskan bahwa hubungan Australia dan China tidak akan rusak karena tuduhan itu, dan atau karena beberapa serangan hacking lain pada fasilitas pemerintah Australia dalam dua tahun terakhir yang beberapa diantaranya dituduhkan pada China sebagai pelakunya.

"Hal ini sama sekali tidak berimplikasi pada kemitraan strategis (dengan China)," katanya. "Kami memiliki kerjasama yang luas dengan China."

Des Ball, dari Pusat Studi Pertahanan dan Strategi Universitas Nasional Australia, mengatakan blueprint tersebut menunjukkan di mana ruangan yang nantinya akan digunakan untuk percakapan yang sensitif, dan bagaimana peralatan ditempatkan di gedung itu.
 
"Ketika Anda memperoleh rancang bangun gedung tersebut, Anda sudah bisa mengetahui diagram kabel, yang mana terhubung melalui sambungan telepon, melalui koneksi wi-fi," katanya seperti yang dikutip.

Laporan tuduhan tersebut, yang juga tidak menyebutkan kapan pencurian itu terjadi, muncul di tengah kekhawatiran mendalam mengenai sikap hacking agresif yang disponsori oleh China. Perdana Menteri Australia Julia Gillard menyebut kabar itu "tidak akurat" dan "tidak berdasar," dan dia tidak bersedia memberi komentar lebih lanjut.

Para ahli mengatakan, pencurian blueprint itu akan memudahkan para hacker China untuk memata-matai kegiatan di gedung intelijen baru yang dibangun dengan biaya 608 juta dolar itu. ABC juga mengutip seorang pakar masalah keamanan yang mengatakan serangan inilah yang kemungkinan besar menyebabkan penundaan pembukaan gedung itu, yang seharusnya mulai digunakan bulan lalu.

Pada tahun 2011, komputer Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Australia semuanya diduga dibajak, dengan serangan yang dilaporkan berasal dari China. Namun, Beijing membantah tuduhan tersebut karena dianggap tidak berdasar dan memiliki tujuan tersembunyi. Pada saat itu, Canberra mengatakan serangan cyber telah menjadi lebih sering dan jaringan pemerintah dan swasta terus berada di bawah ancaman cyber.

Awal tahun ini, jaringan komputer di Reserve Bank of Australia juga terkena serangan cyber, beberapa mengatakan jaringan komputer itu terinfeksi oleh malware yang dikembangkan oleh China untuk mendapatkan informasi sensitif.

Perusahaan telekomunikasi raksasa China Huawei pada 2012 juga dilarang untuk mengikuti kontrak ambisius senilai 35 miliar dolar di Australia untuk tender pembangunan jaringan internet pita lebar berkecepatan tinggi karena kekhawatiran serangan cyber (dimanfaatkan oleh China).