AS berencana melakukan ekspansi besar-besaran untuk menempatkan pertahanan rudal mereka di kawasan Asia. Menurut pejabat Amerika, langkah ini dirancang untuk mengantisipasi ancaman dari Korea Utara dan satu yang tidak bisa dilupakan adalah untuk mengatasi kekuatan militer China.
Pembangunan pertahanan rudal ini merupakan bagian dari array defensif yang dapat menutupi "celah-celah" besar di Asia, dengan radar baru di selatan Jepang dan kemungkinan lain akan ditempatkan kapal pertahanan rudal di Asia Tenggara.
Ini merupakan bagian dari strategi pertahanan baru pemerintahan Obama untuk memindahkan sumber daya mereka ke kawasan Asia Pasifik yang penting bagi ekonomi AS setelah satu dekade bergelut dengan perang Irak dan Afghanistan.
Ide ekspansi pertahanan rudal ini muncul pada saat AS dan sekutunya merasa khawatir dengan ancaman Korea Utara. Mereka juga semakin khawatir dengan sikap agresif China di perairan yang disengketakan seperti Laut China Selatan, dimana pihak-pihak yang bersengketa berlomba-lomba untuk menguasai hak minyak dan mineral di wilayah perairan tersebut.
Perencana pertahanan AS sangat khawatir dengan perkembangan rudal balistik anti kapal induk China yang bisa mengancam armada Angkatan Laut AS terutama kapal induk, jadi bagi AS sangat penting untuk memproyeksikan kekuasaan mereka di Asia.
"Fokus kami adalah retorika Korea Utara," kata Steven Hildreth, seorang ahli pertahanan rudal di Congressional Research Service, sebuah cabang penasihat kongres. "kenyataannya adalah bahwa kami juga melihat untuk jangka panjang, yang tidak lain adalah China."
Lokasi penempatan radar X-Band (radar peringatan dini) akan ditempatkan di sebuah pulau di selatan Jepang, kata pejabat pertahanan AS. Pentagon membahas hal ini dengan Jepang karena Jepang merupakan sekutu terdekat Amerika di kawasan ini. Radar akan dipasang beberapa bulan sejak perjanjian dengan Jepang, para pejabat Amerika mengatakan, dan akan melengkapi radar X-Band AS lainnya yang diletakkan di utara Jepang pada tahun 2006 lalu.
Jurubicara Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa pemerintah Jepang tidak akan memberikan komentar mengenai hal ini.
Para pejabat militer AS untuk Komando Pasifik dan Badan Pertahanan Rudal (MDA) juga telah mengevaluasi situs-situs di Asia Tenggara untuk menempatkan radar X-Band ketiga yang nantinya akan memungkinkan bagi AS dan sekutu regionalnya untuk lebih akurat melacak rudal balistik yang diluncurkan dari Korea Utara, juga China.
Beberapa pejabat pertahanan AS telah berfokus pada Filipina sebagai tempat potensial untuk X-Band ketiga, yang radar ini notabene diproduksi oleh Raytheon Co. Tapi pejabat Pentagon mengatakan lokasinya belum ditentukan dan diskusi ini masih dalam tahap awal.
Kehadiran kekuatan AS ini mungkin akan meningkatkan ketegangan dengan China, yang sejak dulu telah mengkritisi pertahanan-pertahanan rudal balistik AS di masa lalu. Beijing mengkawatirkan sistem ini, mirip dengan kebijakan AS untuk menyebarkan pertahanan rudal di Timur Tengah dan Eropa untuk melawan Iran, ini membuat China tidak leluasa. Beijing telah menyatakan keberatannya untuk penyebaran pertama X-Band AS di Jepang pada tahun 2006. Moskow juga telah menyuarakan kekhawatiran yang sama tenatang sistem pertahanan rudal AS di Eropa dan Timur Tengah.
Tanpa membeberkan rencana spesifik, Sekretaris Pers Pentagon George Little mengatakan: "Korea Utara adalah ancaman langsung yang mendorong kami untuk mengambil keputusan ini."
Pada bulan April, Korea Utara meluncurkan roket multistage yang meledak kurang dari dua menit dalam penerbangan. Uji coba ini juga dilakukan Korea Utara pada bulan Agustus 1998, Juli 2006 dan April 2009.
Pentagon mengirimkan radar X-Band laut, biasanya kapalnya berlabuh di Pearl Harbor, ke Pasifik untuk memantau peluncuran rudal Korea Utara terbaru sebagai tindakan pencegahan.
China dan Korea Utara yang Menjadi Prioritas Pertahanan Rudal AS
Pentagon juga mengkhawatirkan ketidakseimbangan kekuatan di selat Taiwan. China telah mengembangkan rudal balistik canggih dan rudal balistik anti kapal induk yang dapat menargetkan armada angkatan laut AS di kawasan tersebut.
Pembangunan pertahanan rudal ini merupakan bagian dari array defensif yang dapat menutupi "celah-celah" besar di Asia, dengan radar baru di selatan Jepang dan kemungkinan lain akan ditempatkan kapal pertahanan rudal di Asia Tenggara.
Ini merupakan bagian dari strategi pertahanan baru pemerintahan Obama untuk memindahkan sumber daya mereka ke kawasan Asia Pasifik yang penting bagi ekonomi AS setelah satu dekade bergelut dengan perang Irak dan Afghanistan.
Ide ekspansi pertahanan rudal ini muncul pada saat AS dan sekutunya merasa khawatir dengan ancaman Korea Utara. Mereka juga semakin khawatir dengan sikap agresif China di perairan yang disengketakan seperti Laut China Selatan, dimana pihak-pihak yang bersengketa berlomba-lomba untuk menguasai hak minyak dan mineral di wilayah perairan tersebut.
Perencana pertahanan AS sangat khawatir dengan perkembangan rudal balistik anti kapal induk China yang bisa mengancam armada Angkatan Laut AS terutama kapal induk, jadi bagi AS sangat penting untuk memproyeksikan kekuasaan mereka di Asia.
"Fokus kami adalah retorika Korea Utara," kata Steven Hildreth, seorang ahli pertahanan rudal di Congressional Research Service, sebuah cabang penasihat kongres. "kenyataannya adalah bahwa kami juga melihat untuk jangka panjang, yang tidak lain adalah China."
Lokasi penempatan radar X-Band (radar peringatan dini) akan ditempatkan di sebuah pulau di selatan Jepang, kata pejabat pertahanan AS. Pentagon membahas hal ini dengan Jepang karena Jepang merupakan sekutu terdekat Amerika di kawasan ini. Radar akan dipasang beberapa bulan sejak perjanjian dengan Jepang, para pejabat Amerika mengatakan, dan akan melengkapi radar X-Band AS lainnya yang diletakkan di utara Jepang pada tahun 2006 lalu.
Jurubicara Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa pemerintah Jepang tidak akan memberikan komentar mengenai hal ini.
Para pejabat militer AS untuk Komando Pasifik dan Badan Pertahanan Rudal (MDA) juga telah mengevaluasi situs-situs di Asia Tenggara untuk menempatkan radar X-Band ketiga yang nantinya akan memungkinkan bagi AS dan sekutu regionalnya untuk lebih akurat melacak rudal balistik yang diluncurkan dari Korea Utara, juga China.
Beberapa pejabat pertahanan AS telah berfokus pada Filipina sebagai tempat potensial untuk X-Band ketiga, yang radar ini notabene diproduksi oleh Raytheon Co. Tapi pejabat Pentagon mengatakan lokasinya belum ditentukan dan diskusi ini masih dalam tahap awal.
Kehadiran kekuatan AS ini mungkin akan meningkatkan ketegangan dengan China, yang sejak dulu telah mengkritisi pertahanan-pertahanan rudal balistik AS di masa lalu. Beijing mengkawatirkan sistem ini, mirip dengan kebijakan AS untuk menyebarkan pertahanan rudal di Timur Tengah dan Eropa untuk melawan Iran, ini membuat China tidak leluasa. Beijing telah menyatakan keberatannya untuk penyebaran pertama X-Band AS di Jepang pada tahun 2006. Moskow juga telah menyuarakan kekhawatiran yang sama tenatang sistem pertahanan rudal AS di Eropa dan Timur Tengah.
Fasilitas radar AS di Gurun Negev, Israel |
Pada bulan April, Korea Utara meluncurkan roket multistage yang meledak kurang dari dua menit dalam penerbangan. Uji coba ini juga dilakukan Korea Utara pada bulan Agustus 1998, Juli 2006 dan April 2009.
Pentagon mengirimkan radar X-Band laut, biasanya kapalnya berlabuh di Pearl Harbor, ke Pasifik untuk memantau peluncuran rudal Korea Utara terbaru sebagai tindakan pencegahan.
China dan Korea Utara yang Menjadi Prioritas Pertahanan Rudal AS
Pentagon juga mengkhawatirkan ketidakseimbangan kekuatan di selat Taiwan. China telah mengembangkan rudal balistik canggih dan rudal balistik anti kapal induk yang dapat menargetkan armada angkatan laut AS di kawasan tersebut.
China setidaknya memiliki 1000 sampai 1200 rudal balistik jarak pendek yang khusus ditujukan untuk Taiwan, dan telah mengembangkan rudal jelajah dan rudal balistik jarak jauh, termasuk sebuah rudal China yang dirancang untuk mencapai kapal yang bergerak di jarak 1500km, kata laporan tahunan Pentagon tentang militer China.
Ketiga radar X-Band tersebut (di Asia) tidak hanya akan mencakup Korea Utara, tetapi akan lebih dalam guna memata-matai China.
Salah satu tujuan dari Pentagon adalah untuk meyakini sekutu-sekutu AS yang merasa cemas dengan kekuatan-kekuatan agresif di kawasan ini. Banyak yang menginginkan dukungan AS namun juga tidak ingin memprovokasi China dan mereka (negara-negara sekutu AS) tidak yakin Washington dapat mengatasi modernisasi yang cepat militer Beijing karena kendala fiskal Amerika.
Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengatakan selama kunjungannya beberapa hari lalu ke kapal perang USS John C. Stennis di Washington, bahwa AS akan fokus dan memproyeksikan kekuatan di Asia Pasifik.
Kehadiran militer AS di tanah Asia, khususnya pangkalan marinir di Okinawa, telah menjadi sumber ketegangan konstan, dan kehadiran yang lebih pasti akan memicu masalah yang lebih besar lagi. Selain situs X-Band baru di selatan Jepang, AS berencana untuk meningkatkan jumlah marinir di Okinawa dalam waktu dekat sebelum akhirnya memindahkan mereka ke Guam. Jumlah pasukan di Okinawa akan segera bertambah, dari yang awalnya sekitar 15.000 personil akan menjadi 19.000 personil, kata pejabat Pentagon.
Analis Mempertanyakan Keefektifan Pertahanan Rudal
Para analis mengatakan masih belum jelas keefektifan pertahanan rudal AS di wilayah Asia untuk melawan China. Sebuah rilis Pentagon pada tahun 2010 melaporkan bahwa sistem pertahanan rudal balistik tidak bisa mengatasi skala besar serangan rudal Rusia atau China.
Pejabat senior AS mengatakan penyebarab pertahanan rudal baru ini akan dapat melacak dan memukul mundur setidaknya beberapa serangan dari China, cukup berpotensi untuk mencegah Beijing memulai serangan.
AS telah menetapkan "dasar-dasar" pertahanan rudal ini di Asia, nantinya kekuatan ini akan tergabung dengan kekuatan-kekuatan sekutu AS di Asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Australia.
Para pejabat AS juga mengatakan bahwa beberapa negara sekutu mereka, sampai sekarang menolak berbagi informasi intelijen secara real-time, ini mempersulit upaya AS. Sengketa teritorial antara Korea Selatan dan Jepang telah berkobar lagi dalam beberapa pekan terakhir, ini menggaris bawahi tantangan untuk menciptakan suatu kesatuan perintah yang padu yang akan digunakan untuk menembak jatuh rudal yang datang.
AS juga menghadapi masalah yang serupa dalam membangun sistem pertahanan rudal terpadu di Teluk Persia.
Setelah radar X-Band mengidentifikasi lintasan rudal, AS kemudian menyebarkan rudal pencegat dari kapal atau darat atau sistem anti rudal.
Penambahan Armada Kapal Pertahanan Rudal AS
Angkatan Laut AS saat ini tengah menyusun rencana untuk menambah armada kapal perang pertahanan rudal yang saat ini berjumlah 26 menjadi 36 pada tahun 2018. Pejabat Pentagon mengatakan sebanyak 60 persen dari armada tersebut kemungkinan besar akan dikerahkan ke kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, Angkatan Darat AS sedang mempertimbangkan untuk memperoleh Terminal High Altitude Area Defense, atau THAAD, sistem anti rudal, kata seorang pejabat senior pertahanan. Berdasarkan rencana saat ini, AS sedang membangun enam THAADs.
Selain itu, Angkatan Darat AS sedang mempertimbangkan untuk memperoleh Terminal High Altitude Area Defense, atau THAAD, sistem anti rudal, kata seorang pejabat senior pertahanan. Berdasarkan rencana saat ini, AS sedang membangun enam THAADs.