Peluru karet (rubber bullet) adalah peluru/proyektil yang terbuat dari karet yang dapat ditembakkan baik dari senjata api standar maupun senjata khusus anti kerusuhan.
Peluru karet dimaksudkan sebagai alternatif proyektil logam yang tidak mematikan. Seperti proyektil jenis lainnya yang terbuat dari plastik, lilin, dan kayu, peluru karet juga dapat digunakan untuk latihan menembak jarak dekat dan untuk kontrol hewan, tetapi penggunaan peluru karet yang paling sering kita temui adalah untuk mengendalikan kerusuhan dan demonstrasi yang menjurus ke tindakan anarkis.
Peluru karet merupakan amunisi yang berdampak kinetik yang dimaksudkan untuk menimbulkan rasa sakit/luka tapi tidak menimbulkan cedera serius.
Terkena peluru karet dapat menyebabkan memar, luka lecet, dan hematoma (kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah). Namun di beberapa penggunaan dapat mengakibatkan patah tulang, dan cedera pada organ internal.
Peluru karet primer biasanya digunakan untuk latihan menembak jarak pendek. Ini hanya ditujukan untuk menembak sasaran tidak bergerak. Tidak seperti paintball atau pelet airsoft yang digunakan untuk target bergerak. Peluru karet apabila tidak rusak setelah ditembakkan, biasanya dapat digunakan kembali.
Peluru karet yang dipakai pasukan PBB di Somalia tahun 1996 |
Sejarah singkat peluru karet
Prinsip peluru karet berasal dari Singapura pada 1880-an ketika polisi Singapura menembakkan gagang sapu yang digergaji menjadi lebih pendek pada para perusuh.
Pada 1960-an, polisi anti huru-hara di Singapura, Malaysia dan Hong Kong mulai menggunakan peluru kayu yang lebih canggih.
Gagasan peluru kayu tersebut kemudian diadaptasi oleh Inggris yang kemudian mengganti kayu dengan karet. Sedangkan yang pertama kali menggunakan peluru karet untuk menghadang demonstrasi adalah Amerika Serikat di tahun 1960-an ketika kala itu menghadapi demonstran anti Perang Vietnam.
Karet dipilih karena tidak mudah pecah serta tidak akan menembus kulit dibandingkan dengan bahan kayu yang masih memiliki kemungkinan bisa menembus tubuh. Selain itu, peluru karet juga dirancang untuk mengurangi kecepatan dan kekuatan benturan.
Di Israel, peluru karet ada 2 jenis, jenis yang lebih tua yaitu peluru karet standar yang merupakan bola baja yang dilapisi dengan lapisan tipis dari karet, beratnya 14 gram. Sedangkan peluru karet terbaru diperkenalkan pada tahun 1989, yaitu karet yang dilapisi logam silinder 1,7 cm dengan berat 15,4 gram. Peluru ini ditembakkan dari adaptor khusus yang diletakkan pada moncong senapan, mirip dengan penggunaan senapan pelontar granat. Peluru karet dimasukkan ke bagian depan adaptor dengan didorong oleh kartrid. Peluru ini dapat mengakibatkan luka serius bila terkena di bagian kepala. Di beberapa negara, peluru karet dapat digunakan oleh warga sipil untuk perlindungan diri.
Peluru karet dapat menyebabkan kematian
Meski peluru karet dirancang untuk meminimalisir cedera serius, beberapa pihak menyangsikan keamanannya. Salah satunya, oleh para peneliti di University of California dan dokter dari organisasi Physicians for Human Rights, 2017 lalu. Mereka memperingatkan bahwa peluru karet dan plastik tidak boleh digunakan untuk mengendalikan massa.
Temuan Physicians for Human Rights ini mengindikasikan bahwa senjata-senjata ini memiliki potensi yang menyebabkan luka parah dan kematian, tertulis dalam jurnal berjudul Death, injury and disability from kinetic impact projectiles in crowd-control settings: a systematic review.
Penelitian tersebut mengambil sampel 1.984 orang yang pernah terkena tembakan peluru karet dan plastik. Hasilnya, sebanyak 51 orang (3 persen) di antaranya meninggal dan 300 orang (15 persen) mengalami cacat permanen.
Penelitian serupa juga pernah diterbitkan British Journal of Surgery pada 1975, di masa awal peluru karet digunakan. Hasilnya, dari 90 orang yang tertembak, 17 di antaranya cacat permanen dan 1 orang meninggal.
Kedua penelitian itu sepakat bahwa akurasi menjadi faktor penentu, apakah peluru karet bisa mematikan atau tidak. Dalam hal ini, mematikan jika terkena pada bagian vital seperti kepala dan leher.
Salah satu peneliti dari University of California, Rohini Haar dikutip dari The Guardian menyebutkan bahwa apabila seseorang menembakkan peluru karet dari jarak yang sangat dekat, maka kecepatannya akan sama dengan peluru tajam dan bisa membahayakan.
Jarak aman tembakan peluru karet
Dalam jurnal berjudul Severe facial rubber bullet injuries: Less lethal but extremely harmful weapons (2009), dijelaskan soal jarak tembak peluru karet. Disebutkan dalam jurnal bahwa untuk meminimalisir risiko penetrasi (peluru karet), pengguna disarankan untuk mengikuti petunjuk jarak tembak yang aman dan jangan pernah menembak ke arah wajah.
Misalnya, produsen senjata di Slovenia, Arex, memberi petunjuk jarak aman untuk peluru karet berjenis 5.56x45 NLA rubber bullet, sejauh 20 meter. Peluru itu punya jarak tembak efektif pada 20-40 meter dan jangkauan sejauh 80 meter.
Arex mengimbau, kepada para pengguna peluru karet buatannya untuk selalu membidik bagian bawah tubuh target. Yakni dari pusar hingga kaki demi menghindari cedera. Produsen ini juga melarang untuk menembak pada kepala dan leher.
Menariknya laporan berulang menunjukkan bahkan seorang profesional terlatih pun tak bisa mematuhi instruksi keselamatan penggunaan peluru karet. Keadaan yang mendesak dan kekacauan di lapangan membuat bidikan ke arah bawah badan dan menjaga jarak tembak aman tidak memungkinkan.